Pages

Rabu, 18 April 2012

AKHIR PENANTIAN ELARA

Minggu, 20 November 2011

Created by Deta Nur Fauziah

"Kau dan aku bagai hujan dan teduh. Ditakdirkan bertemu, tapi enggan tuk bersama" (Hujan dan Teduh)


"Semoga Tuhan mendengar pintaku malam ini."
Aku mengakhiri doaku dengan mengucap satu kalimat sederhana penuh harapan yang kerapkali aku ucapkan ketika menutup doaku.

Malam ini tepat pukul 23.00 aku kembali meneteskan air mata. Aku mengambil sebuah pena biru dimeja yang terletak tepat didepan tempat tidurku. aku terdiam sesaat kemudian bola mata hitamku aktif bergerak berputar mencari buku harianku. Akupun meraih buku itu. aku buka halaman pertama, ingatanku seakan-akan diajak bermain kedalam peristiwa silam 3tahun yang lalu. Di buku harianku tertulis ~Desember, 2nd 2008, Ahaha senangnya! I'm the luckiest person in the world. Gue gak peduli apapun lagi! Elara dan Andrastea satu!~
Hari itu adalah hari yang paling membahagiakan untukku, dimana aku telah menemukan seseorang yang mencintaiku.

Tak terasa air mata telah menggenang dipelupuk mataku. Aku membuka halaman kedua buku harianku, isinya tak jauh berbeda dengan halaman pertama. Aku menuliskan bagaimana perasaan bahagiaku saat melewati hari-hari penuh kejutan, didampingi oleh lelaki pujaan hatiku.
Aku tak kuasa menahan tangis saat aku meneruskan membuka lembar ke-tiga, ke-empat, ke-lima dan membacanya. Dengan spontan, aku melempar buku harianku.
"Kamu jahat Andras! sangat jahat!"
Tangisku pun meledak. Aku menghempaskan tubuku ke tempat tidur, berusaha keras menutup kelopak mataku dan melupakan segala yang pernah ada. Sesekali aku mengeluarkan isakan. Ya! Isakan parauku karena pilu. Namun, aku tetap terjaga dalam bayangan masa laluku.

tiga tahun yang lalu, secara dikejutkan aku mendengar kabar bahwa Andras akan meneruskan study S2 nya di luar negeri.
"El, dengan permohonan maaf yang sangat dalam, aku ingin mengatakan bahwa aku memang akan melanjutkan study S2-ku ke Jepang. Ini karena tuntutan banyak pihak. Orang tuaku menginginkan aku mengikuti jejak mas Dione, ditambah lagi beasiswa yang aku dapatkan, aku tak mungkin menyia-nyiakan kesempatan ini"
Aku tersenyum lalu menggapai tangan Andras dan menggenggamnya.
"Aku janji, aku akan menunggu. Kita bisa pending rencana pernikahan kita"
Pada saat itu, aku lihat Andras menghela nafas, keringatnya bercucuran, ia menghentakkan tanganku yang ketika itu masih menggenggam tangannya. Aku tersentak kaget.

"Aku tak ingin membuatmu menunggu. Menikahlah dengan pria lain yang pantas mendampingimu. Bukankah kau sangat ingin menikah pada tahun ini?" Andras menanggapi ucapanku. Seketika, air mataku jatuh membasahi pipiku. Bagaimana bisa seorang Andras, Andrastea Jupiter menyuruhku untuk menikah dengan laki-laki lain, sementara ia sendiri sangat mengetahui bahwa satu-satunya laki-laki yang aku cintai hanyalah dirinya.

"El, aku mohon janganlah kau menghalangi niatku untuk belajar di Jepang"
Aku menimpal ucapannya dengan segera,
"Aku tak akan menghalangi niatmu. Justru aku sangat mendukung. Namun, jangan pernah menyuruhku untuk menikah dengan laki-laki lain, karena aku hanya ingin mengarungi bahtera rumah tangga denganmu. Aku jelas akan menunggumu!"

Setelah kejadian itu, aku tak pernah tahu kabar Andras, namun bertahun-tahun aku tetap setia dalam penantianku dan tak pernah lupa bermunajat memohon kepada Tuhan agar penantianku tidaklah sia-sia. Aku tidak pernah menyerah apalagi putus asa menunggu Andras kembali. Sampai pada akhirnya terungkap sudah kesaksian harapku. Dua minggu yang lalu, aku mendapat kabar bahwa Andras akan segera menikah dengan wanita berkebangsaan Indonesia yang sudah empat tahun menetap di Jepang dan bekerja sebagai manager keuangan perusahaan motor di Tokyo.

Ini kenyataan yang paling berat yang harus aku hadapi. Ini luka terpedih yang aku rasakan.
Bertahun-tahun aku menunggu dengan kesabaran luar biasa berharap mimpi-mimpiku akan terlaksana, alhasil laki-laki yang aku tunggu ternyata telah berkhianat. Selama bertahun-tahun pula, Andras telah membohongiku. Ia telah merajut kasih dengan wanita lain. Hidupku seakan tidak ada artinya lagi. Hatiku berusaha tetap tegar meski jiwa telah runtuh.
"Andras jahat! Andrastea Jupiter jahat!" aku melontarkan kalimat itu lagi sebelum aku terlelap.
"Andrastea dan Elara, dua satelit berbeda tetapi bisa bersatu di sebuah planet yaitu Jupiter. Namun lain halnya di bumi, Andrastea dan Elara, dua insan yang berbeda dan tetap tak akan pernah menjadi sama bahkan bersama walaupun berada di planet yang sama! ya takdir Tuhan memang tak dapat ditolak. Aku dan kamu bagai bumi dan langit serta hujan dan teduh yang tak pernah mungkin kan bersatu. Aku ingin bahagia walau tanpa kamu" aku menghela nafas sejenak "semoga Tuhan mendengar pintaku malam ini"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar