Pages

Rabu, 18 April 2012

I WAS WRONG


Created by Deta Nur Fauziah

Sudah sepekan Reyno mengacuhkanku. Aku tak pernah tahu, apa yang sebenarnya terjadi. Laki-laki yang aku pacari empat bulan yang lalu tiba-tiba saja berubah menjadi lebih dingin dari biasanya.

Reyno adalah seorang kenalan yang baik yang usianya dua tahun di atasku. Kami berkenalan di kampus tempatku juga Reyno menuntut ilmu. Sebuah perguruan tinggi swasta di Jakarta. saat itu aku sedang mengikuti ospek jurusan, kebetulan Reyno adalah seniorku, kami belajar di kampus, fakultas serta jurusan yang sama.

Seminggu setelah ospek itu, kami memutuskan untuk berpacaran. Sungguh Reyno adalah tipe laki-laki idaman semua wanita. Teman-temanku pun heran saat mengetahui bahwa aku berpacaran dengan idola para wanita di kampusku. Kebaikan dan kelembutan hati Reyno lah yang membuat aku jatuh hati kepadanya.

Namun kali ini lain, Reyno telah berubah dan aku mulai jenuh. Dalam kejenuhan inilah aku mulai memikirkan hal-hal yang aneh. Aku rasa Reyno mempunyai wanita idaman lain tapi sepengetahuanku, dia juga tipe laki-laki yang setia dan tidak mungkin berselingkuh. Lalu apa yang menjadi persoalan?

"Gue harus cari cara agar Reyno perhatian lagi kayak dulu"

Aku mencoba menarik perhatian Reyno dengan menempelkan perban di daerah keningku. Namun sayang, setiap kali aku mengatakan sakit kepala kepada Reyno, dia hanya menyuruhku check up ke dokter. Aku benci, benci sekali pada perubahan sikap Reyno yang telah lebih dari seperapat tahun menjadi pacarku itu.

yang aku inginkan adalah perhatian, seperti ketika mula-mula kami berpacaran dulu. Sementara Reyno tidak menyadarinya.
Begitulah, pada hari lain, aku berpura-pura demam tinggi dan tidak memberinya kabar namun tetap tak ada respon. Mencoba mengajaknya ke restoran, putar-putar keliling kota, masuk supermarket dan lain-lain namun entahlah sepertinya Reyno sudah tak mencintaiku lagi.

Aku ingin mengubah sifat dia yang menyebalkan itu. Mauku, kalau memang dia kesal padaku, mengamuklah. Lepaskan semua ganjalan itu, dan selesai. Lebih baik dari pada harus ku hadapi wajah dinginnya sepanjang hariku bersamanya. Bagiku, sikap pacarku ini tidak meledak, kurang tegas dan sekaligus kurang jantan. Sementara aku adalah seorang wanita feminim dan cenderung lebih membutuhkan seorang lelaki maskulin sebagai pendampingku.

"Rey, lo kenapa sih jutekin gue terus?" Reyno bukannya menjawab pertanyaanku, ia malah mengalihkan pembicaraan.
"Sisi, sorry gue ada janji sama nyokap, gue duluan deh"

Reyno sungguh menyebalkan! Dengan segera aku berlari mengejar Reyno yang sedang berjalan menuju parkiran yang berjarak hampir lima puluh langkah dari tempatku.
"Reyno tunggu!" Aku pun berteriak sekeras mungkin.
Aku kira, kali ini pun aku akan dihadiahi dengan wajah dingin selama beberapa menit. Tapi tidak. Dengan wajah merah dia menyeretku ke halaman parkiran. Sungguh tidak kuduga ternyata dia bisa bertindak maskulin juga. Tapi hal ini malah membuatku malu. Reyno menyeretku dengan paksa seakan-akan aku pembantu rumah tangga yang sedang disiksa oleh majikannya. Orang-orang disekitar parkiran otomatis memperhatikan kami berdua. Oh Tuhan, matilah aku! Namun ini belum seberapa, tiba-tiba aku dibuat tercengang oleh tingkah laku Reyno, dia menendang tong sampah berkali-kali. Dicengkramnya lenganku keras-keras, sampai aku menangis kesakitan.
"Kalo elo masih berhubungan terus dengan mantan lo yang bangsat itu, gue bunuh lo!" bentak Reyno seraya mengacung-ngacungkan jari telunjuknya tepat didepan mataku.
Ya Tuhan, jadi selama ini Reyno tahu kalo aku masih sering bertemu dengan Yudha mantanku sewaktu SMA.
Reyno melepaskan cengkramannya dari tanganku kemudian berjalan menuju tempat dimana motornya diparkir, menstarternya kemudian pergi begitu saja. Aku hanya bisa menangis ditempatku berdiri sekarang. Tak peduli orang berlalu-lalang memperhatikanku, bahkan sebagian dari mereka mentertawakanku. Selama ini akulah yang ternyata salah. Reyno cemburu, ya memang benar Reyno cemburu pada Yudha.

Ini berawal ketika saat itu aku merasakan lagi getaran-getaran indah ketika Yudha menelponku dan mengajakku makan malam. Aku trima ajakan dia tanpa sama sekali memikirkan Reyno. Bahkan saat itu aku mulai mempunyai pikiran untuk melepaskan diri dari Reyno dan kembali merajut kasih dengan Yudha.

Kedatangan orang ketiga di antara aku dan Reyno cepat mengubah keadaan. Aku mulai main kucing-kucingan, dengan membuat jadwal-jadwal rahasia dengan Yudha. Dan tepat hari ini Reyno mengetahui pengkhianatanku. Bahkan bukan hari ini, dia telah mengetahuinya sejak lama namun aku tak mengerti, mengapa dia bisa sabar mendampingiku dan baru meledakannya hari ini. Ternyata, sikap acuh tak acuhnya Reyno bukan tanpa alasan. Aku merasa sangat bersalah. Aku sadar aku yang salah. Aku tak mau menyia-nyiakan lelaki sebaik Reyno. Maafkan aku!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar